Selasa, 28 April 2015

Candi Bumi Ayu: Menemukan Warisan Hindu di Sumatera Selatan

Menyambangi Sumatera Selatan tidaklah lengkap rasanya apabila belum berkunjung ke Candi Bumi Ayu. Selesai berkunjung ke beberapa tempat-tempat menawan di Palembang seperti Sungai MusiJembatan Ampera, WisataBenteng Kuto BesakTaman Purbakala Kerajaan Sriwijaya dan Museum Sultan Mahmud Badaruddin maka lanjutkan petualangan Anda dengan berwisata ke situs candi purbakala warisan Hindu (Siwaisme) yang mengesankan ini.
Candi Bumi Ayu terletak di pesisir Sungai Lematang, di Desa Bumi Ayu, Kecamatan Tanah Abang, Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan. Lokasinya berjarak sekitar 85 km dari Kota Muara Enim sekitar 85 km ditempuh dengan kendaraan darat.
Sampai saat ini sudah diketemukan 11 buah candi yang tersebar sekitar perkebunan karet yang dikelilingi oleh anak Sungai Musi. Empat diantara candi yang ada telah dipugar yaitu Candi 1, Candi 2, Candi 3, dan Candi 8, sementara sisanya masih dalam proses pemugaran. Sejarah Candi Bumi Ayu yang diketahui saat ini adalah ditemukan oleh EP. Tombrink pada tahun 1864, di pesisir Sungai Lematang, Muara Enim. Masyarakat sekitar meyakini, lokasi Candi Bumi Ayu adalah bekas istana sebuah kerajaan Gedebong Undang.
Karena nilai sejarahnya yang penting, Pemerintah Kabupaten Muara Enim memulai upaya pelestarian sejak tahun 1990 dan terus berlangsung hingga sekarang. Pelestarian kompleks candi ini didukung dengan pembangunan jalan, pembebasan tanah, dan pembangunan Gedung Museum Lapangan.
Karena masih dalam proses pengkajian dan pemugaran sehingga sampai saat ini belum banyak informasi yang dapat diketahui. Informasi tertulis dari Candi tersebut juga masih dalam proses oleh Tim Pengkajian Peninggalan Purbakala Propinsi Sumatera Selatan. Akan tetapi, misteri yang masih belum terkuak tersebut justru akan membawa Anda menerawang kilauan sejarah Nusantara yang membanggakan.
Percandian Bumi Ayu yang berada di lahan seluas 75,56 hektar dan merupakan merupakan situs peninggalan Hindu. Pada sekitar abad ke-16 karena terdesaknya kekuatan politik Islam maka candi-candi di Bumi Ayu ditinggalkan.
Penduduk Bumi Ayu tidak mengenal kata “candi’” sebelum kegiatan penelitian dan pemeliharaan situs tersebut. Kata “candi’” diambil dari bahasa Jawa untuk menggantikan kata “kuil’” dari agama Hindu atau Buddha.
Menurut catatan sejarah,tahun 1864 seorang arkeologi Belanda E. P Tombrink menemukan kembali situs ini dalam kondisi terkubur tanah dan rusak. Menurut catatan arkeolog A. J. Knaap tahun 1902, menyatakan bahwa candi di Bumi Ayu adalah bekas istana sebuah kerajaan yang disebut Gedebong Undang dimana wilayahnya sampai di Modong dan Babat.
Diperkirakan para ahli bahwa candi-candi ini merupakan tiruan Candi Prambanandi Jawa Tengah. Candi Bumi Ayu diperkirakan dibangun pada 819 Saka atau 897 Masehidan merupakan candi Hindu terbesar di luar Pulau Jawa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar